Kamis, 19 November 2020

CARA MENASIHATI ORANG YANG KURANG FOKUS

 



Sangat menjengkelkan bila ketika kita berbicara , sudah dengan deksi, intonasi dan tekanan yang bagus seperti seorang orator ulung atau pujangga yang tengah mambaca puisi atau berdeklamasi, namun ternyata energi kita sia-sia. Awalnya lawan bicara memang memberi respons dengan mimiknya. Ia  kelihatan mendengarkan bahkan atensinya kelihatannya seratus prosen. Melihat hal semacam ini, pembicara makin bersemangat. Tidak hanya menggunakan oral komunikasi, namun dikombinasi dengan bahasa tubuh.

Tampaknya lawan bicara juga bersemangat mengikuti orasi yang tengah kita sampaikan , kita tambah semangat. Banyak contoh yang kita berikan , banyak kasus dikupas dengan dasar-dasar yang mantap, bak seorang ‘caleg’ sedang berkampanye. Lebih lebih ketika kita melihat bahwa lawan bicara juga makin merespon dengan bahasa mimiknya. Kita dablek dan egois mendominasi pembicaraan . Namun ketika kita mintakan komentarnya setelah kita lelah berbicara , apa jawabnya ?  ia hanya berkata singkat :

“Anda tadi bicara apa? Maaf saya menderita gangguan pendengaran . Saya hanya melihat anda mengacung acungkan tangan apa ada yang bisa saya bantu?” Matilah kau!

Subhanalloh kita menjadi malu sendiri, kecewa dan gemas. Tapi bila mau marah marah kepada siapa sebab dkiri kita yang keliru. Salah kita sendiri berorasi seperti penjual obat yang tanpa diminta.

Bila demikian maka seyogyanya kita hati hati dalam memberikan nasihat kepada orang lain agar tidak terbalik justru kita sendiri yang dablek dan harus dinasihati.

-c. Sulit Dinasihati.

Yang membedakan antara orang dablek dan tidak dablek antara lain adalah bahwa orang dablek sulit dinasehati, sedangkan orang yang tidak dablek mau mendengarkan nasihat orang lain. Penyebab sulitnya yang bersangkutan dinasihati mungkin bukan karena yang bersangkutan tidak mau menerima nasihat orang lain, namun bisa juga karena ia memegang prinsip yang diyakini kebenarannya. Ketika kita menjumpai hal demikmian tidak bisa kemudian memaksakan diri untuk mewajibkan yang bersangkutan agar merubah sikapnya kemudain mau menuruti kemauan kita.

 Ada beberapa penyebab mengapa seseorang tidak mau menerima nasihat. Antara lain adalah menganggap pendapatnya lebih benar, yang menasihati dianggap levelnya lebih rendah, cara menasihati tidak tepat, waktu menasihati kurang pas dan  tempat menasihati tidak disenanginya. Jelasnya adalah sebagai berikut :

- Ia Merasa Pendapatnya Lebih Benar,

Mengapa orang tidak mau menerima nasihat orang lain ? Jawabannya mungikin bermacam macam  anta lain bahwa mungkin ia merasa pendapatnya lebih benar. Kasus semacam ini  bisa terjadi bila orang yang dablek tersebut adalah orang yang berpendidikan dan memiliki banyak pengalaman, sehingga setiap orang yang datang dan mau menasihatinya sudah dihadang dengan pendapatnya pribadi bahwa orang yang akan menasihati tidak lebih pandai atau berpengalaman .

Melalui perjalan hidupnya, ia sudah banyak mendapatkan pengalaman dan pemahaman tentang kehidupan, sehingga ia merasa bahwa tidak ada orang lain yang lebih pandai darinya. Ia merasa telah mengkhatamkan banyak kitab dan melebihi orang lain sekelasnya.

Orang yang akan menasihati menjadi tidak berdaya, namun kita yakin bahwa di atas langit masih ada langit, artinya tidak ada sesuatupun yang mutlak di dunia ini dan kebenaran yang mutlak hanyalah kebenaran dari Tuhan. Jadi bagi orang yang merasa dirinya paling benar untuk menaklukkannya adalah dengan cara  dibenturkan dengan dirinya sendiri. Biarlah ia bermanja dan bermain dengan kepongahan dirinya. Kita harus menuggu saat yang tepat sampai dengan ia mengalami masa down atau kita tunggu titik nadzir baginya.

Apa mungkin terjadi? Insya Alloh akan terjadi karena Tuhan tidak menyukai orang yang memiliki sifat sombong. Biarlah Tuhan yang akan mengingatkan dan memperingatkan dirinya. Setelah ia berada pada titik terendah silakan didekati dan diberi nasihat dengan berkaca pada dirinya sendiri. Ambillah contoh dari dalam dirinya sendiri sehingga ia tidak dablek dan sombong lagi.



- Penasihat Dianggap Levelnya Lebih Rendah,

Sifat orang dablek yang seperti ini adalah juga orang sombong . Padahal  Rasululloh memberikan pesan agar kita tidak melihat siapa yang menasihati atau siapa yang bicara namun mendengar apa isi pembicaraannya. Bila kita sampai memiliki pengertian bahwa orang yang menasihati lebih rendah dengan kita levelnya , dilihat dari usia, pendidikan, maupun strata ekonomi dan keturunanya kemudian kita tidak mendengar nasihatnya, maka kita akan menemui kesulitan sendiri. Kita tidak bisa menggeneralisasikan  semuanya sama (Bahasa Jawa : digebyah uyah).

Suatu ketika bisa saja kita minta nasihat dan mendengar arahan dari seorang tukang rumput yang kita temui. Contoh ektrimnya bila kita berkunjung ke desa tempat saudara kita tinggal, jalan menuju rumahnya tidak kita ketahui, yang kita pegang hanya alamat dengan data yang sangat minim. Apakah kita akan bertanya pada orang yang selevel dengan kita ? Bila kita paksakan kita akan kesulitan sendiri. Namun bila kita mengalir saja dan menanyakan siapapun yang kita temui misalkan tukang rumput yang tinggal di kawasan desa tersebut, sebaiknya bertanyalah kepadanya. Ia akan lebih paham dan memberikan arahan dengan tepat dan benar, tidak perlu menunggu datangnya Pak Camat karena kita seorang pejabat. Oleh karena itu perlu kita pahami bahwa di dunia ini tidak ada makhluk yang paling semua, masing masing pasti ada nilai plus dan minusnya tergantung amal dan perbuatan masing-masing karena yang mebedakan adalah ketaqwaan kita kepada Tuhan. Jadi untuk apa kita  tetap dablek ?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar