Norma negara dibuat agar tercipta
ketertipan dan keadilan di masyarakat. Norma tersebut dibuat melalui proses
panjang sehingga menjadi sebuah produk hukum yang harus dipatuhi bersama.
Pengingkaran atau pelanggaran terhadap produk hukum tersebut akan berakhibat
dijatuhkannya sanksi bagi yang melanggarnya.
Kenyataanya ada juga masyarakat yang
tidak mau mematuhi norma hukum tersebut dan dablek bila diingatkan. Ia seakan
siap menanggung segala risiko yang harus dihadapinya dan siap menerima hukuman
atas perbuatannya. Tetapi apakah pasti demikian? Yang terjadi adalah bila ada
kesempatan dan ada kekuatan maka ia akan mencari alasan pembenarnya.
Alasan pembenar akan digunakan guna
menentang dan menolak sanksi yang akan dijatuhkan kepadanya. Misalkan ada warga
yang membangun rumah di bantaran sungai. Di atas tanah tersebut memang sudah
sejak Jaman Belanda tidak bolah didirikan bangunan permanen. Ia pun paham
tentang hal itu. Namun ketika ada orang lain yang juga mendirikan bangunan di
atas bantaran sungai ia menjadi lebih berani. Bangunan yang semula tidak
permanen kemudian dibuat permanen. Pikirannya bila digusur temannya banyak dan
ia akan minta ganti untung.
Ia tidak berpikir bagaimana bila terjadi
banjir kemudian tanggulnya longsor. Atau paling tidak menghalangi aliran air
yang menuju sungai dan menjadikan genangan air dan banjir. Masyarakat lain yang
selalu tertip menjadi menanggung derita atas ulahnya. Tetapi ia tidak merasa
berdosa dan tetap dablek memperluas bangunan rumahnya.
Inilah moralitas kesadaran terhadap
lingkungan yang kurang baik dan perlu diaakan pembinaan. Nuraninya kelihatannya
sudah mulai mati sehingga tidak peduli akan keadaan yang akan terjadi dan
membiarkan nafsunya menguasai ajakan serakah untuk mengeksploitasi alam
sekalipun bukan haknya.
-e. Tebal Muka dan Tidak mau Ikut Aturan.
Orang yang tebal muka, sebenarnya
mengetahui peraturan, namun pura-pura tidak paham terhadap aturan yang telah
ditetapkan. Ia tahu bahwa batas tonase
kendaraan angkut adalah sekian ton, namun ia pura-pura tidak paham terhadap
hitungan tonase kemudian memaksimalkan isi atau muatan kendaraannya menjadi
berlipat lipat. Ketika as truknya patah ia tidak berkaca bahwa kesalahannya
adalah karena ia memuati truknya melebihi kapasitas angkut yang ditetapkan,
namun menyalahkan Pemereintah yang tidak memperhatikan pemeliharan jalan.
Ketika ia memuat barang melebihi tonase
ia paham akan mengakibatkan rusaknya jalan. Ia juga paham bahwa hal tersebut
membahayakan bagi pemakai jalan lain dan pemilik kendaraan, namun yang
dikejarnya adalah tingginya setoran, sehingga pikiran sehatnya dibunuh diganti dengan pikiran
dablek yang menimbulkan keberanian dan kemantapannya bertindak.
Di mana biasanya orang tebal muka
berada? Jelas di tengah masyarakat kita namun biasanya prakteknya ada di kota
di desa dan di lingkungan kita.
- Orang Tebal Muka di Kota .
Kehidupan di kota jelas berbeda dengan
di desa. Di kota kehidupan lebih kompetitip dan egois. Kompetitip karena kebutuhan
tiap orang berbeda dan dituntut serba cepat dan perlu hasil banyak untuk
menutup kebutuhan. Sifat orang kota juga cenderung egois karena mereka harus
mencukupi kebutuhannya secara mandiri. Kerukunan di kota relatip lebih tipis dibanding dengan di desa.
Karena terfokus untuk mengejar
kebutuhan, orang kota biasanya lebih dablek dibanding orang desa terutama dalam
hal hidup bertentangga , kepedulian sosial dan persaudaraan. Dalam hidup
bertetangga biasanya antara satu dengan yang lain tidak begitu saling mengenal.
Masing-masing rumah dibatasi oleh tembok tinggi dan sibuk dengan urusannya sendiri,
sehingga kerepotan tetangga tidak dihiraukannya. Antara satu dengan yang lain saling
dablek dan cuek . bahkan kadang satu kampung atau tinggal bersebelahan tidak
mengenal . Maklumlah frekwensi perjumpaannya sangat sedikit. Dalam bekerja
biasanya berangkat sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari
tenggelam sehingga tidak paham keadaan tetangganga.
(n)dableg di kota dimaklumi karena
masing-masing memiliki kesibukan dan semua orang (n)dableg. Semua orang tidak
peduli dengan urusan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar