Paling sulit menghadapi orang yang
dablek adalah hanya karena malas. Setiap ditanyakan mengapa memilih berperilaku
demikian ia selalu menjawab malas. Lantas bagaimana memberikan pengertian
padanya agar kehidupannya menjadi bermakna.
Semoga terapi melalui program “bikin
malu” yang bertujuan baik dapat membantu. Yang pertama jangan dimarahi atau
dikucilkan orang semacam itu, namun justru berilah perhatian padanya. Cukupi
kebutuhannya, ajaklah diskusi dan galilah hal apalagi yang ingin diwujudkannya namun belum
terujud, orang jawa mengatakan “dipangku”
. Ada nasihat yang bagus dari para sesepuh dalam bahasa jawa yang mengatakan
bahwa:” Pangkunen ,Yen dipangku mesti bakal mati.” Ini
adalah filosofi dari Jawa karena tulisan dengan Huruf Jawa bila pada akhir
kalimat diberi ‘pangkon” maka akan menghasilkan
bacaan mati.
Tetapi sebenarnya makna yang dimaksudkan
bahwa untuk menaklukkan sesuatu yang sulit dikendalikan perlu ”dilulu” lebih dahulu, diangkat lebih
dulu kemudian dijatuhkan untuk shock
terapi agar ia menjadi sadar.
Program “bikin malu” dalam hal ini juga
demikian, setelah dilulu dengan
mencukupi keperluannya lalu dipermalukan yakni fasilitasnya diambil agar ia
merasa ada ketergantungan dengan uang dan merasa betapa besar nilai uang untuk kehidupannya,maka insya Alloh
naluri bekerjanya akan tumbuh dan tidak malas bekerja.
-b. Tidak Merubah Sikap yang Keliru
Bila dableknya sudah keterlaluan maka bisa
terjadi sekalipun dimaki maki tetap tidak akan berubah malah ditanggapinya
dengan tersenyum. Yang menasihatinya juga bisa menjadi jengkel sebab seolah
nasihatnya hanya masuk telinga kanan ke luar telinga kiri tanpa ada bekas sama
sekali dan tanpa ada perubahan sama sekali.
Orang yang tidak mau merubah sikap walau
dimaki-maki mungkin ada beberapa penyebab yakni mungkin memang sudah mati mata
hatinya, mungkin yang nasihat yang diberikan kepadanya tidak sesuai dengan
kebutuhannya, nasihat yang diberikan dengan bahasa yang sulit sehingga tidak
dipahami dan yang paling fatal tidak
disadari ternyata orang tersebut memiliki gangguan pendengaran.
- Sudah Mati Mata Hatinya,
Orang yang sudah mati mata hatinya
memang sulit dinasihati, sekalipun dimaki-maki ia akan dablek tak merubah
sikapnya kemudian mau memperbaiki kesalahannya. Bagi orang yang menasihati
menjadi jengkel dan menyerah tidak mau mengurusinya. Padahal sebenarnya kalau
ditanya dari hati ke hati orang tersebut juga tidak mau dipersalahkan seratus
prosen. Ia juga memiliki alasan tersendiri mengapa ia berbuat demikian.
Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan
dimintakan hidayah pada Tuhan. Apa ini jalan satu satunya? Tentu saja tidak.
Bahkan pasrah kepada Tuhan adalah jalan terakhir. Maka sebaiknya bila meghadapi
orang yang mati mata hatinya adalah dengan bentuk upaya lain seperti mengajak
ke tempat-tempat yang bernuansa agamis seperti ke pesantern, masjid dan banyak
diberikan masukan masalah informasi agama secara praktis.
Permasalahan yang sering dihadapi adalah
bahwa biasanya orang yang sudah mati mata hatinya tidak memiliki semangat untuk
mendapatkan tambahan ilmu semacam itu. Ia cenderung semau gue dan menurut kepuasan nafsunya sendiri. Maka upaya
terakhirnya adalah lewat orang ketiga yang memang dekat dengan dirinya,
misalkan dekat dengan istri, anak atau sahabatnya. Ajaklah dia untuk sholat
bersama kemudian secara demonstratip ucapkan do’a dengan bahasa yang
dipahaminya. Mohonkan kepada Tuhan agar ia diberi hidayah dan dibukakan mata
hatinya sehingga dapat menerima nasihat orang lain , dapat merubah sikapnya dan
tidak dablek lagi.
Dalam situasi yang tenang dan
menyenangkan serta dengan kesadarannya sendiri ia akan merasa dan menemukan jati
dirinya kembali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar