Anton M Moelyono dalam kamus Besar
Bahasa Indonesia mengatakan bahwa konsisten berarti tetap atau tidak berubah,
taat azas dan ajek. Konsisten juga berarti selaras dan sesuai.
Seseoang
yang memiliki sifat konsisten berarti memiliki prinsip dan pondasi yang kuat
sehingga tidak mudah dipengaruhi. Ia akan ndablek megejar cita-cita sampai
tercapai. Dalam bekerja ia juga sungguh sungguh dan tidak setengah setengah
atau dalam menyelesaikan tugas secara tuntas.
-
Konsekwen
dalam Perbuatan.
Konsekwen
dikandung maksud memiliki tanggung jawab dalam segala tindakannya. Syetan
memang bertanggung jawab ia siap menerima resiko yang dihadapi sekalipun harus
masuk neraka. Syetan sudah tahu bentuk risiko tersebut.
Tetapi
pelaksanan sikap konsekwen kita sebagai manusia jangan sampai seperti sikap
syetan yang siap masuk neraka sehingga ia sembarangan melaksanakannya. Sikap
konsekwen kita harus diwujudkan dengan berbuat sesuai kompetensi kita dan
apapun hasilnya siap diterima.
Konsekwen
juga berarti tidak pengecut. Bila terjadi sesuatu kegagalan ia mengakui
kekurangannya dan tidak menyalahkan pihak lain atau mencari pembenar dari
kesalahannya. Ia sadar bahwa orang yang baik adalah bukan orang yang selalu
benar atau tidak pernah membuat kesalahan namun orang yang akan selalu
memperbaiki kesalahan yang ia lakukan.
Manusia
yang sikap konsekwennya menonjol sudah
selayaknya diberi tanggung jawab untuk memimpin suatu kelompok sebab bila suatu
kelompok memiliki pimpinan yang konsekwen atau bertanggung jawab biasanya
memiliki daya dorong yang tinggi dan mudah mencapai tujuan yang diinginkan.
-
Melakukan perbuatan secara Kontinyu,
Kontinyu
berarti bersifat terus menerus atau berkesinambungan. Dalam bahasa Jawa Kontinyu diterjemahkan sebagai langgeng dan lumintu.
Kegiatan yang dilakukan secara terus menerus akan mengkasilkan sesuatu yang
luar biasa. Untuk contoh dari hal ini adalah seperti sebuah batu yang terus
menerus di tetesi oleh air. Batu yang sangat keras dilawan oleh air yang sangat
lunak secara terus menerus ternyata batu kalah juga. Batu menjadi berlubang.
Demikian
pula suatu pekerjaan. Pekerjaan seberat apapun bila dilakukan secara terus
menerus akan menjadi ringan, akan menjadi paham dan terbiasa kemudian terasakan
ringan. Hal ini banyak kita lihat ketika para khafitd dan hafidhoh ketika
tengah menghafalan Al Qur’an. Kita akan sangat kagum kepada para penghafal Al
Qur’an yang dapat menghafal Al Qur’an 30 juz. Mereka berhasil melakukan hal
tersebut karena menghafal Al Quran seayat deni seayat secara terus menerus.
Modal
untuk dapat melakukan kontinuitas adalah kesabaran dan keikhlasan. Kesabaran
diperlukan agar tidak mudah patah semangat ketika melakukan perbuatan mengejar
cita cita. Bila tidak ada kesabaran maka gejala awal yang akan diterima adalah
rasa bosan. Sedangkan keikhlasan diperlukan agar tidak timbul keluhan bila
menemui kegagalan.
Jadi
sifat konsekwen dalam mengejar cita-cita sangat diperlukan agar tidak gampang
patah semangat di tengah jalan dan segera dapat terwujud.
-
Fokus Menuju Tujuan,
Ketika
kecil kita pernah bermain dengan kaca pembesar yang diletakkan di bawah sinar
matahari, sementara di bawah kaca pembesar itu diberi kertas atau kaya. Sinar
matahari yang jatuh di kaca pembesar harus dicari titik pusatnya agar fokus,
kemudian diarahkan ke kertas atau kayu, tidak berapa lama kemudian timbullah
asap dan lama kelamaan kertas atau kayu itu terbakar.
Banyak
kayu dan kertas tergeletak di alam terbuka baik di tempat sampah maupun
lapangan, namun kertas dan kayu tersebut tidak dapat terbakar. Mengapa? Karena
sinar matahari tidak fokus ke kertas atau kayu.
Untuk
bisa memfokuskan sinar matahari sehingga membakar kertas maupun kayu diperlukan
kaca pembesar. Bila sudah ada kaca pembesar maka ada hal penting yang
diperlukan lainnya yakni niat atau semangat atau kemauan untuk itu juga
ketrampilan dalam mengatur kaca pembesar sehingga ditemukan titik pusatnya.
Begitupula
dalam melakukan perbuatan bila tujuannya ingin segera tercapai harus fokus.
Bisa diumpamakan bahwa sinar mataharinya adalah kegiatan kita yang bermacam
macam. Kaca pembesarnya adalah hati kita dan ketrampilannya adalah ada dalam
pikiran. Setelah perangkat tersebut disadari dalam diri kita maka diperlukan
niat atau kemauan untuk fokus menuju harapan yang ditentukan.
Niatnya
tentu saja keluar dari dalam hati kemudian melalui lesan diucapkanlah bismillah
untuk fokus pada perjalanan menuju harapan atau cita-cita yang diinginkan.
Fokus
menggapai cita-cita adalah berniat dan bersungguh-sungguh melakukan pekerjaan
yang berkait harapan yang hendak dicapai. Fokus juga berarti berkonsentrasi
menuju satu titik yang hendak dituju. Konsentrasi berarti mengabaikan hal lain
yang tidak berkaitan dengan niat awal dan mencurahkan seluruh perhatian untuk
keberhasilan mewujudkan harapan.
Perlu
disampaikan bahwa sekuat apapun suatu benda , insya Alloh akan dapat dikalahkan
dengan upaya yang dilakukan dengan penuh
konsentrasi serta fokus.
Fokusnya
manusia dalam mengejar cita-cita tentu
berbeda dengan fokusnya syetan ketika menjebol keimanan seseorang.
Mengapa ? Karena niat syetan memang sudah dilandasi dengan suatu hasil akhir
yang jelek yakni menggelincirkan manusia ke jurang kesesatan dan finalnya masuk
neraka. Sedangkan fokus kegiatan manusia harus di landasi dengan niat keberhasilan
usahanya untuk kemaslahatan banyak
umut manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar