Rabu, 18 November 2020

NDABLEGNYA PENGUASA

 





Mestinya Penguasa bhaik itu aparat atau pejabat tidak boleh dablek. Namun nampaknya seringkali ada pejabat yang terkena virus dabelg ini sehingga masyarakat jadi repot. Tindakan oknum yang dablek ini mengakibatkan citra baik birokrat menjadi bekurang padahal selayaknya seorang pejabat menjadi panutan. Contoh dabelegnya oknum pejabat antara lain : lama membuatkan surat pengantar atau rekomendasi, lama memproses permohonan surat ijin , acuh taacuh dalam melayani, sering terlambat masuk kantor dan pulang sebelum waktunya, memungut biaya pelayanan secara tidak sah. Secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut :

- Lama Membuatkan surat Pengantar/ Rekomendasi.

Paradigma baru dalam birokrasi adalah bila adau rusan daoat dipermudah mengapa harus dipersulit. Bila hal tersebut dapat diterapkan dengan baik maka julikan sebagai aparat dablek tidak akan pernah terdengar. Yang terjadi adalah sering ada oknum aparat atau pejabat yang mestinya melayani masyarakat malah minta dilayani masyarakat. Ia sangat lambat menyelesaikan surat yang dimohonkan oleh masyarakat sekalipun bentuknya hanya surat pengantar. Apalagi bila yang datang adalah orang yang tidak begitu dikenal atau sudah dikenal namun ‘pelit’. Kadang ada-ada saja alasan aparat itu . Dalih yang sering didedangkannya adalah sedang sibuk, yang tanda tangan tidak ada dan sebagainya. Padahal semua itu hanya rekayasa.

Mestinya dalam bekerja menggunakan perasaan. Coba posisikan anda ketika sebagai masyarakat yang butuh pelayanan ketika waktunya terbatas dan ingin segera mendapat penyelesaian. Tentu anda merasa jengkel juga

Karena kedablekannya, oknum aparat atau pejabat sering mengabaikan sumpah jabatannya sehingga dalam bekerja asala-asalan atau sesuka hatinya. Dablek memang

- Lama Memproses Ajuan Surat Ijin.

Sering kali ada istilah bahwa bobot surat berbeda-beda, ada yang bobotnya ringan ada yang bobotnya berat. Surat yang bobotnya rendah atau ringan adalah surat biasa yang tidak ada apa- apanya, sedangkan surat berbobot adalah surat yang mengandung sesuatu dan dapat diharapkan ada hasilnya.

Khususnya kategori surat yang berbobot adalah surat ijin atau yang berkaitan dengan perijinan. Surat ini dikategorikan demikian karena berkaitan dengan bisnis atau usaha atau untuk mendapatkan hasil. Maka aparat yang ‘cerdas’ akan secara dablek membiarkannya bila tidak ada sesuatu yang menjadi perangsang. Petugas tahu bahwa tanpa adanya surat tersebut pemohon akan kesulitan.

Dengan dibuatnya proses berbelit belit dan tidak segera selesai, maka diharapkan pemohon menjadi paham dan mengerti maksudnya kemudian segera ada saling pengertian. Bila tetap pemohon dianggap dablek oleh petugas artinya tidak tanggap, maka petugaspun akan lebih dablek lagi. Padahal petugas mestinya tidak demikian. Bukankah ia digaji untuk menyelesaikan pekerjaan itu. Petugas tidak boleh membuat aturan sendiri bahkan mempersulit masyarakat dengan kendablekannya.

- Acuh Takacuh dalam Melayani

Keramah tamahan adalah salah satu unsur yang wajib diterpkan oleh petugas atau aparat dinas yang akan memberikan pelayanan prima. Dengan keramah tamahan yang diberikan oleh petugas maka masyarakat akan merasa nyaman dan senang.

Sayangnya petugas yang dapat melempar seculi senyum dan menyapa ramah kepada masyarakat yang datang dapat dihitung dengan jari. Bahkan seringkali ia acuh taacuh atau ‘cuek bebek’ ketika sudah banyak masyarakat yang menunggu penyelesaian surat yang diajukannya. Petugas kadang dengan dablek bergurau dengan temannya tanpa menjaga perasaan tamu.

Ia merasa bangga bila ada tamu yang membutuhkan tenanganya dan bergantung dengannya. Kebanggaan itu sudah seharusnya dijaga dengan pelayanan yang cepat bukan malah dablek tidak memberikan pelayanan padahal sudah ditunggu oleh masyarakat yang membutuhkan pelayanan cepat.

- Sering Terlambat Masuk Kantor dan Pulang Sebelum Waktunya

Kewajiban seorang aparat dinas adalah datang dan pulang sesuai ketentuan. Jangan sampai terjadi produktifitas pegawai yang ‘702’ artinya berangkat jam tujuh hasilnya nol dan pulang jam dua. Malah lebih parah lahi ada yang produktifitasnya ‘801’ artinya berangkat jam delapan pagi dan pulang jam satu siang.

Rasa malu baginya sudah tidak ada karena sudah menjadi kebiasaan terlambat dan tidak ada perasaan berdosa ketika dirinya mengkorupsi waktu ketika datang terlambat dan pulang sebelum waktunya. Ia dengan dablek dan tanpa dosa datang terlambat. Sampai dikantor sudah terlambat belum tentu langsung bekerja namun masih harus ngobrol dulu dan membaca koran atau melihat siaran televisi. Bekerja sebentar kemudian ia ijin ke warung untuk belanja atau menjemput anaknya. Sampai dengan jam 11 ia baru melanjutkan kerjanya. Ketika mendengar suara adzan, petugas itu minta ijin sholat dan mengantar pulang anaknya. Lumayan bila ia kembali lagi ke kantor, malah biasanya langsung pulang. Pada hari berikutnya kebiasaan yang saudah menjadi budaya kerjanya berulang lagi. Praktis ia melayani masyarakat hanya tiga jam sehari.

Ia dengan dablek melakukan hal demikian tanpa malu tanpa merasa bersalah, dasar dablek ya dablek.




- Memungut Biaya Pelayanan Secara Tidak Sah.

Untung masyarakat kita orangnya selalu menerima dan sabar. Sekalipun pelayanan yang diberikan oleh aparat sangat buruk, tetap saja masyarakat mau berterima kasih setelah surat yang diajukan selesai diproses. Padahal bila dipikir sudah pelayanannya lambat, biayanya juga kadang tidak jelas serta terkesan mahal.

Apakah ada biaya? Ketentuan dari  Pemerintah memang tidak ada biayanya  atau bila ada pasti terjangkau masyarakat , namun dengan ‘kecerdasan’ para oknum yang dablek mereka akan mengemasnya dengan istilah sekedar keikhlasan dan pengertian atau tanda terima kasih.

Mestinya sebagai aparat merasa malu ketika pelayanan yang diberikannya belum baik namun masih mengharap adanya tanda terima kasih. Secara kasar masyarakat sudah dirugikan, tetapi masih harus mengeluarkan uang tanda terima kasih dan itu diterima petugas. Dasar dablek memang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar